Sabtu, 7 Ogos 2010

Kedatangan Bulan Ramadhan Pada Setiap Umat islam

PERSIAPAN MENYAMBUT BULAN RAMADHAN YANG MULIA


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Sesungguhnya puasa itu merupakan salah satu rukun Islam, yang tampak di dalam keikhlasan, ihsan dan amanah, dan hal ini dicapai ketika seorang yang berpuasa menahan dari makan, minum dan perkara yang dapat membatalkannya sedangkan ia tidak menahan diri dari perkara ini melainkan karena muroqobatullah (merasa diawasi Alloh Ta’ala) dan ru`yah (penglihatan) Alloh kepadanya.


Ayat Tentang Puasa
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui. (beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS al-Baqoroh : 183-185)

Faidah Ayat
1. Alloh mewajibkan puasa terhadap kaum mukminin sebagaimana Alloh wajibkan atas orang-orang sebelum mereka yang mana di dalam puasa ini terdapat faidah-faidah bagi dunia dan akhirat.
2. Diperolehnya tingkatan takwa kepada Alloh Azza wa Jalla di dalam puasa.
3. Puasa itu hari-harinya spesifik tertentu, namun tidaklah lebih dari tiga puluh hari.
4. Orang yang sakit dan musafir, diperbolehkan berbuka pada Bulan Ramadhan dan wajib atas mereka menggantinya (qodho’).
5. Dahulu, ada pilihan antara berbuka di bulan Ramadhan dan membayar fidyah atau berpuasa, kemudian hukumnya dimansukh (dihapus) dan berpuasa di bulan Ramadhan menjadi wajib hukumnya.
6. Keutamaan bulan Ramadhan dan keutamaan Al-Qur`an yang Alloh turunkan di dalamnya. Perlu diketahui bahwa yang namanya inzal (menurunkan Al-Qur`an) itu pastilah dari atas ke bawah, oleh karena itulah inzal ini menunjukkan atas ketinggian Alloh di atas arsy-Nya sebagaimana ditegaskan tentangnya ayat-ayat dan hadits-hadits nabi yang shahih (autentik).
7. Wajibnya berpuasa atas mukallaf (orang yang mendapatkan beban kewajiban) yang mendapati bulan Ramadhan.
8. Syariat Alloh yang samhah (toleran/lapang) dan mudah, jauh dari kesukaran dan kesulitan.
9. Mengagungkan Alloh dengan bertakbir pada hari ‘ied dan ucapan syukur atas nikmat-nikmat Alloh.

Puasa Termasuk Rukun Islam

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda:
Islam dibangun atas lima hal :
1. Syahadat (persaksian) Laa ilaaha illalloh : tiada sesembahan yang hak kecuali Alloh] dan Muhammad Rasulullah [Muhammad yang Alloh mengutus beliau untuk menyampaikan agama-Nya dan wajib mentaati beliau di dalam semua yang beliau sampaikan dari Alloh.]
2. Menegakkan sholat [menunaikan pada waktunya dengan memenuhi rukun-rukun dan kewajiban kewajibannya dengan tenang dan khusyu’.]
3. Menunaikan zakat [Apabila seorang muslim memiliki sekurangkurangnya 85 gram emas atau uang yang senilai dengannya, maka ia harus membayarkan zakatnya sebesar 2,5 persen setelah satu tahun. Adapun selain uang maka ada ukurannya tersendiri.]
4. Pergi haji ke baitullah [bagi orang yang memiliki kemampuan, yaitu orang yang memiliki biaya perjalanan pulang pergi beserta nafaqoh-nya sedangkan ia tidak memiliki hutang.]
5. Berpuasa Ramadhan [yaitu menahan diri dari makan, minum, jima’ (berkumpul dengan isteri) dan setiap hal yang dapat membatalkan puasa dari fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat untuk beribadah kepada Alloh Ta’ala.] (Muttafaq ‘alaihi)

Puasa Ramadhan Dan Hukumnya
1. Definisi puasa : ialah menahan diri dari makan, minum, jima’ dan seluruh hal yang dapat membatalkannya dengan niat beribadah kepada Alloh Ta’ala dari semenjak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
2. Hukumnya : wajib atas setiap muslim yang telah baligh (dewasa), berakal, mampu melaksanakannya dan muqim (menetap). Wajib pula bagi wanita apabila telah suci dari haidh (menstruasi) dan nifas (darah pasca bersalin).
3. Ramadhan ditetapkan dengan melihat hilal (bulan sabit muda) atau menyempurnakan Sya’ban sebanyak 30 hari [apabila terhalang melihat hilal, pent.]. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : “Berpuasalah karena melihat hilal dan berbukalah karena melihatnya. Apabila (penglihatan) kalian terhalang maka sempurnakan bulan Sya’ban tiga puluh hari.” (Muttafaq ‘alaihi)
4. Hukum Niat : wajib berniat untuk puasa ramadhan dan bagi orang yang berpuasa cukuplah baginya meniatkan di dalam hatinya. Tidak ada dalilnya melafazhkan niat baik ketika puasa ataupun sholat. Barangsiapa yang bersahur sebelum fajar maka ia telah berniat dan barangsiapa yang menahan dari makan, minum dan pembatal puasa di tengah hari dengan ikhlas kepada Alloh, maka ia telah berniat walaupun ia tidak bersahur. [Lihat Fiqhus Sunnah].

Keutamaan Ramadhan dan Puasa
1. Alloh Ta’ala berfirman : ”Bulan Ramadhan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur`an” [QS Al-Baqoroh : 185].
2. Alloh Ta’ala berfirman : ”Sesungguhnya kami menurunkannya di malam lailatul qodar.” [QS Al-Qodar : 1].
3. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda : ”Apabila Ramadhan telah masuk, pintu-pintu langit dibuka dan pintu-pintu jahannam ditutup serta syaithan-syaithan dibelenggu.” Di dalam riwayat lain : ”Apabila Ramadhan telah datang, pintu-pintu surga dibuka”. Di dalam riwayat lain : ”Pintu-pintu rahmat dibuka”. [Muttafaq ’alaihi]
4. Di dalam hadits riwayat Turmudzi : ”Berseru seorang penyeru, wahai orang yang menghendaki kebaikan lakukan dan laksanakanlah, wahai orang yang menghendaki keburukan kurangilah. Dan Alloh memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka dan hal ini terjadi setiap malam sampai berakhirnya Ramadhan.” [dihasankan oleh al-Albani].
5. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda : ”Setiap amal bani Adam dilipatgandakan, kebaikan diganjar sepuluh kali lipat yang sepadan dengannya hingga sampai seratus kali lipat, bahkan hingga sampai kepada apa yang Alloh kehendaki. Alloh Azza wa Jalla berfirman : kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu untukku dan Aku sendirilah yang akan membalasnya. Ia meninggalkan syahwat dan makannya hanya karena Aku. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan tatkala ia berbuka dan kegembiraan tatkala ia bertemu dengan Rabb-nya. Sungguh bau mulut seorang yang berpuasa itu adalah lebih harum di sisi Alloh dibandingkan harumnya kesturi.” [muttafaq ’alaihi].
6. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda : ”Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pintu yang disebut dengan ar-Royyan. Orang-orang yang berpuasa masuk darinya pada hari kiamat, dan tidak ada seorangpun selain mereka yang dapat memasukinya. Apabila mereka (orang-orang yang berpuasa, pent.) telah memasukinya pintu tersebut ditutup, dan tidak ada lagi seorangpun yang dapat memasukinya.” [Muttafaq ’alaihi].
7. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda : ”Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan keimanan dan ihtisab (mengharap balasan dari Alloh) maka diampuni dosadosanya yang terdahulu.” [Muttafaq ’alaihi].
8. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda : ”...antara sholat lima waktu, antara Jum’at yang satu ke Jum’at yang lain dan antara Ramadhan yang satu ke Ramadhan yang lain, terdapat kafarat (penghapus dosa) diantaranya, selama dosa-dosa besar dijauhi.” [HR Muslim].
9. Dari Abi Umamah beliau berkata : Aku mendatangi Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam dan aku berkata : ”Tunjukkan padaku amalan yang dapat memasukkanku ke surga.” Beliau menjawab : ”berpuasalah karena tidak ada yang sepadan dengannya.” Kemudian aku mendatangi beliau kedua kalinya, beliau tetap berkata : ”Berpuasalah”. [Shahih, HR Ahmad].
10.Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda : ”Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Alloh, melainkan Alloh jauhkan pada hari itu wajahnya dari neraka sejauh tujuh puluh kharif (jarak perjalanan).” [HR Muslim].
11.Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam bersabda : ”Puasa dan Al-Qur`an memberikan syafa’at bagi seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata : Wahai Rabb, sesungguhnya aku telah menahannya dari makan dan syahwat di siang hari, maka berilah dia syafa’at karenaku.” [Shahih, HR Ahmad dan selainnya].

Kewajiban Anda Di Ramadhan

Ketahuilah wahai saudaraku seIslam, bahwa Alloh mewajibkan atas kita berpuasa sebagai ibadah bagi-Nya, dan agar puasa anda menjadi sempurna dan bermanfaat, maka lakukanlah hal-hal berikut ini :
1. Jagalah sholat anda. Diantara orang-orang yang berpuasa ada orang yang menelantarkan sholat padahal sholat merupakan tiangnya agama dan meninggalkannya termasuk kekufuran.
2. Jagalah puasa Ramadhan. Latihlah anak-anak anda untuk berpuasa kapan saja mereka mampu dan berhati-hatilah dari berbuka (membatalkan puasa) di bulan Ramadhan tanpa ada udzur. Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam pernah melihat di dalam mimpinya sebuah kaum : Yang digantung terbalik dengan kepala di bawah, mulut-mulut mereka robek dan dari mulut mereka darah bercucuran. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam berkata : ”Siapakah mereka ini?” (Malaikat) menjawab : ”mereka adalah orang yang berbuka sebelum halal puasa mereka.” [Sebelum halal puasa mereka yaitu sebelum waktu berbuka]. (dishahihkah al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi). Barangsiapa yang membatalkan puasanya sehari dengan sengaja maka wajib atasnya menggantinya dan bertaubat.
3. Berhati-hatilah dari berbuka puasa di hadapan manusia, sebagai implementasi sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wa salam : ”Seluruh umatku terampuni kecuali mujahirin (orang yang menampakkan kemaksiatan).” (muttafaq ’alayhi). Ath-Thibi berkata : ”Setiap umatku diampuni dari ghibah kecuali orang-orang yang menampakkan (dosa). Membatalkan puasa adalah suatu keberanian atas Alloh, meremehkan Islam dan kelancangan terhadap manusia. Ketahuilah barangsiapa yang tidak berpuasa maka tidak ada ied atasnya, karena ied itu adalah suatu kegembiraan besar dengan menyempurnakan puasa dan diterimanya ibadah.”
4. Jadilah orang yang berakhlak baik, jauhilah kekufuran dan mencela agama serta mu`amalah yang buruk terhadap manusia, berhujjah dengan puasa anda. Puasa itu mendidik jiwa dan tidak memperburuk akhlak. Nabi Shallallahu ’alaihi wa salam bersabda : ”Apabila salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah mengumpat (yarfuts) dan jangan pula membentak-bentak (yaskhob). Apabila ada seorang yang mencela atau menganiayanya, maka katakanlah : sesungguhnya aku seorang yang sedang berpuasa.” (muttafaq ’alayhi). [mengumpat : mengucapkan kata kotor, membentak : mengangkat suara].
5. Menjaga lisan dari ghibah (menggunjing), berdusta dan selainnya. Nabi Shallallahu ’alaihi wa salam bersabda : ”Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta atau melakukan kedustaan, maka Alloh tidak butuh akan (puasanya) yang meninggalkan makan dan minum.” (HR Bukhari) Dan sabda beliau : ”Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidaklah mendapatkan dari puasanya melainkan hanya dahaga.” [Shahih, HR ad-Darimi].
6. Bacalah risalah seputar masalah puasa dan selainnya, supaya anda dapat mengetahui hukum-hukum seputar puasa sehingga anda dapat mengetahui bahwa makan dan minum karena lupa tidaklah membatalkan puasa, jinabah (berkumpul dengan isteri atau mimpi) pada malam hari tidaklah mencegah puasa, walaupun yang wajib adalah menghilangkan junub-nya untuk berthoharoh dan sholat.

Sunnah dan Adab Berpuasa

1. Sahur, berbuka dan berdo’a.
a.) Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa salam bersabda : ”Bersahurlah karena di dalam sahur itu adalah berkah.” (muttafaq ’alaihi)
b.) Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa salam bersabda : ”Manusia senantiasa dalam keadaan baik selama mereka menyegerakan berbuka.”(muttafaq ’alaihi)
c.) Hadits Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasalam : ”Adalah Nabi Shallallahu ’alaihi wa salam berbuka sebelum menunaikan sholat dengan beberapa ruthob (kurma basah), dan apabila tidak memiliki ruthob beliau berbuka dengan beberapa tamr (kurma kering), dan apabila tidak memiliki tamr beliau berbuka dengan menenggak seteguk air.” (Shahih¸ HR Turmudzi).
d.) Sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wa salam : ”Tiga orang yang tidak ditolak do’a mereka, yaitu : seorang yang berpuasa ketika berbuka, seorang imam yang adil dan do’a orang yang teraniaya.” (Shahih, HR Turmudzi dan selainnya).
e.) Adalah Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa salam apabila berbuka, beliau mengucapkan : ”Telah sirna dahaga dan telah basah urat-urat serta telah ditetapkan pahala dengan kehendak Alloh.” (Hasan, HR Abu Dawud).
2. Perbanyaklah berdzikir kepada Alloh, membaca dan mendengar Al-Qur`an, mentadabburi maknanya dan mengamalkannya, dan pergilah ke Masjid-Masjid untuk mendengarkan pengajian-pengajian yang bermanfaat.
3. Perbanyaklah sedekah terhadap kerabat dan orang-orang yang papa, kunjungilah karib keluarga dan berbuat baiklah terhadap musuh. Jadilah orang yang berhati lapang lagi mulia. Sungguh Nabi Shallallahu ’alaihi wa salam adalah orang yang paling lapang dengan kebaikan dan yang paling murah hati perbuatannya di Ramadhan.
4. Janganlah berlebih-lebihan di dalam makan dan minum ketika berbuka, sehingga anda menyia-nyiakan faidah puasa dan memperburuk kesehatan anda. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa salam bersabda : ”Tidaklah Ibnu Adam memenuhi suatu wadah yang lebih buruk daripada perutnya.” (Shahih, HR Turmudzi).
5. Jangan mendengarkan nyanyian dan musik-musik, karena ia adalah seruling syaithan.
6. Jangan pergi ke bioskop dan janganlah menonton televisi yang bisa jadi anda akan melihat sesuatu yang merusak akhlak dan menghilangkan pahala puasa.
7. Jangan banyak begadang sehingga anda melewatkan sahur dan sholat fajar (shubuh) dan lebih utama bagi anda beraktivitas di pagi hari. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa salam bersabda : ”Ya Alloh berkahilah umatku di pagi hari mereka.” (Shahih, HR Ahmad).

Beberapa Faidah Puasa

Ketahuilah wahai saudaraku seIslam bahwa Alloh mewajibkan kepada kita puasa sebagai peribadatan kepada-Nya, dan puasa memiliki sejumlah faidah, diantaranya :
1. Firman Alloh Ta’ala : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS Al-Baqoroh : 183) Anda benar-benar akan mendapatkan derajat ketakwaan kepada Alloh dengan berpuasa.
2. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : “Puasa itu perisai” (Muttafaq ’Alayhi) Perisai yaitu penghalang dari perbuatan keji dan dosa termasuk juga penghalang neraka.
3. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : ”Barangsiapa yang memberi buka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala sebagaimana pahala orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun.” (Shahih, HR Tirmidzi)
4. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda : ”Umroh di bulan Ramadhan sepadan dengan haji.” (Muttafaq ‘alaihi)
5. Para perokok dapat mengambil manfaat di dalam puasanya untuk meninggalkan rokok yang notabene merupakan penyebab kanker dan gangguan kesehatan. Ia akan berusaha mencoba untuk meninggalkan rokok pada malam hari sebagaimana ia tinggalkan pada pagi harinya.
6. Puasa akan mengistirahatkan alat pencernaan dan lambung dari kepayahan yang kerjanya saling berkorelasi, menggelontorkan ampas ampas yang tersisa dan menguatkan fisik. Puasa juga bermanfaat untuk berbagai macam penyakit. Selain itu, puasa akan mengistirahatkan para perokok dari menghisap rokok yang diharamkan secara syar’i dan membantunya untuk meninggalkannya.
7. Puasa itu mendidik jiwa dan membiasakannya untuk senantiasa di atas kebenaran, kedisiplinan, ketaatan, kesabaran dan keikhlasan serta menguatkan keinginan.
8. Seorang yang berpuasa akan merasakan adanya kesetaraan diantara saudara-saudaranya yang berpuasa, yang mana ia berpuasa dan berbuka bersamaan dengan mereka sehingga ia merasakan kesatuan seluruh umat Islam.
9. Seorang yang berpuasa akan berempati dengan merasakan lapar sehingga ia akan menolong saudara-saudaranya yang mengalami kelaparan dan membutuhkan, serta ia akan mensedekahkan hartanya kepada orang-orang fakir miskin.
10.Apabila seorang yang berpuasa menahan diri dari perkara yang halal dengan mengharap keridhaan Alloh Ta’ala, maka lebih utama lagi baginya dirinya untuk menahan diri dari perkara yang haram.
11.Amanah dan Muroqobatullah (merasa diawasi Alloh) : Ketika seorang yang berpuasa meninggalkan perkara yang dapat membatalkan puasanya, ia sadar bahwa Alloh Ta’ala sedang mengawasi dirinya, sehingga ia menjaga amanahnya di dalam interaksinya dengan manusia, serta ia merasa takut kepada Alloh Ta’ala baik di saat sendiri maupun dihadapanorang ramai.

Hari Yang Dilarang Berpuasa

1. Dua Hari raya ‘Ied, yaitu ‘Iedul Fithri dan ‘Iedul Adhha. Sebagaimana ucapan ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu : “Sesungguhnya ini adalah dua hari yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam melarang berpuasa di dalamnya, yaitu hari berbuka (fithri) kalian setelah kalian berpuasa, dan hari dimana kalian di dalamnya memakan hewan sembelihan kalian (yaitu Iedul Adhha).” {HR Muslim).
2. Hari (dimana wanita mengalami) haidh dan nifas, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam tentang hak kaum wanita : “Tidakkah ketika haidh mereka tidak sholat dan tidak berpuasa? Maka demikian inilah yang merupakan kekurangan agama mereka.” (HR Bukhari).
3. Menyambung puasa selama dua hari berturutturut atau lebih tanpa berbuka. Hal ini disebut dengan puasa wishol, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam : “Jauhilah oleh kalian puasa wishol.” (muttafaq ‘alahi) Dan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam : “Janganlah kalian berpuasa wishol, dan siapa saja diantara kalian yang menghendaki untuk menyambung puasanya maka sambunglah sampai sahur saja.” (HR Bukhari)
4. Berpuasa pada hari syak (hari yang meragukan), yaitu pada hari ketiga puluh bulan Sya’ban, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam : ”Janganlah kalian mendahului berpuasa Ramadhan dengan sehari atau dua hari (sebelumnya) kecuali seseorang yang terbiasa berpuasa maka berpuasalah.” (HR Muslim).

Hari Yang Dibenci Berpuasa

1. Puasa ‘Arofah bagi orang yang tengah berhaji dan berada di ‘Arofah. (Dalilnya) : Ummu Fadhl mengirimkan segelas susu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam dan beliau ketika itu sedang berada di atas untanya di ‘Arofah dan beliau meminumnya. (HR Muslim)
2. Hari jum’at secara bersendirian, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam : “Janganlah kalian berpuasa pada hari Jum’at kecuali diiringi dengan sehari sebelum atau setelahnya.” (Shahih, HR Ahmad)
3. Hari Sabtu secara bersendirian, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam : “Janganlah kalian berpuasa pada hari Sabtu kecuali puasa yang wajib. Apabila salah seorang dari kalian tidak mendapatkan (makanan) kecuali ranting kayu atau akar pohon, maka berbukalah dengannya.” (Shahih, HR Ahmad dan selainnya).
4. Puasa ad-Dahr (sepanjang tahun) yaitu puasa yang dilakukan pada seluruh tahun tanpa berbuka, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam : “Tidak ada puasa bagi orang yang berpuasa sepanjang tahun.” (Shahih, HR an-Nasa`i).
5. Puasanya seorang wanita dan suaminya ada di sisinya melainkan dengan izinnya, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam : “Janganlah seorang wanita berpuasa selain puasa Ramadhan sedangkan suaminya ada di sisinya kecuali dengan izinnya.” (muttafaq ‘alayhi).
6. Tiga hari tasyriq, yaitu pada tanggal 11,12 dan 13 Dzulhijjah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda : ”Hari tasyriq adalah hari makan-makan dan minum-minun serta berdzikir kepada Alloh.” (HR Muslim)

Yang Dibolehkan Tidak Berpuasa

1. Orang yang sakit dan musafir, maka wajib atas mereka qodho’ (menggantinya), sebagaimana firman Alloh Ta’ala : “Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (QS Al-Baqoroh : 183). Adapun seorang yang sakitnya tidak ada harapan untuk sembuh, maka wajib atasnya memberikan makan orang miskin setiap harinya sebanyak satu mud gandum (makanan pokok).
2. Wanita haidh dan nifas, maka wajib atas mereka qodho’, sebagaimana ucapan ‘A`isyah radhiyallahu ‘anha : “Kami diperintahkan untuk mengganti puasa namun tidak diperintahkan untuk mengganti sholat.” (muttafaq ‘alayhi)
3. Lelaki dan pria tua yang telah jompo yang sudah tidak mampu lagi berpuasa, maka wajib atas mereka memberi maka orang miskin setiap harinya.
4. Wanita hamil dan wanita menyusui yang khawatir atas (kesehatan) dirinya dan bayinya, maka wajib atas mereka memberi makan orang miskin setiap harinya. Dari ibnu ‘Abbas bahwasanya beliau melihat Ummu Walad yang tengah hamil atau menyusui, lantas beliau berkata : “Engkau adalah termasuk orang yang tidak mampu melaksanakan puasa, maka wajib atasmu al-jazaa’ (membayar) namun tidak wajib atasmu qodho’ (mengganti).” (Shahih, HR ad-Daruquthni).

Pembatal Puasa

Hal-hal yang membatalkan puasa ada dua macam, yaitu :
a. Yang membatalkan puasa dan hanya wajib mengqodho-nya saja, yaitu :
1. Makan, minum dan merokok secara sengaja (dan wajib atas pelakunya bertaubat).
2. Muntah dengan sengaja, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam : ”Barangsiapa yang muntah dengan sengaja maka wajib atasnya qodho’.” (Shahih, HR Hakim dan selainnya).
3. Wanita haidh atau nifas, walaupun ia berada pada waktu akhir menjelang terbenamnya matahari.
b. Yang membatalkan puasa dan wajib mengqodho’ serta membayar kafarat, yaitu : Jima’ (bersetubuh) dan tidak ada selainnya menurut mayoritas ulama. Kafarat-nya yaitu : membebaskan budak, apabila tidak ada budak maka berpuasa dua bulan berturut-turut, apabila tidak mampu maka memberi makan enam puluh orang miskin. Sebagian ulama tidak mensyaratkan harus berurutan di dalam kafarat (maksudnya boleh memilih salah satu diantara tiga, pent.)

Hal-Hal Yang Tidak Membatalkan Puasa

1. Makan dan minum karena lupa, keliru (maksudnya, mengira sudah waktunya buka ternyata belum, pent.) atau terpaksa. Tidak wajib mengqodho’-nya ataupun membayar kafarat, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam : ”Barangsiapa yang lupa sedangkan ia berpuasa, lalu ia makan dan minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya. Sesungguhnya Alloh telah memberinya makan dan minum.” (muttafaq ’alayhi). Dan sabda beliau : ”Sesungguhnya Alloh mengangkat (beban taklif) dari umatku (dengan sebab) kekeliruan, lupa dan keterpaksaan.” (Shahih, HR Thabrani).
2. Muntah tanpa disengaja, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam : ”Barangsiapa yang mengalami muntah sedangkan ia dalam keadaan puasa maka tidak wajib atasnya mengqodho’.” (Shahih, HR Hakim).
3. Mencium isteri, baik untuk orang yang telah tua maupun pemuda selama tidak sampai menyebabkan terjadinya jima’. Dari ’A`isyah radhiyallahu ’anha beliau berkata : ”Rasulullah pernah menciumi (isteri-isteri beliau) sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa, beliau juga pernah bermesraan sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa. Namun beliau adalah orang yang paling mampu menahan hasratnya.” (muttafaq ’alayhi)
4. Mimpi basah di siang hari walaupun keluar air mani.
5. Keluarnya air mani tanpa sengaja seperti orang yang sedang berkhayal lalu keluar (air mani).
6. Mengakhirkan mandi janabat, haidh atau nifas dari malam hari hingga terbitnya fajar. Namun yang wajib adalah menyegerakannya untuk menunaikan sholat.
7. Berkumur dan istinsyaq (menghirup air ke dalam rongga hidung) secara tidak berlebihan, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam kepada Laqith bin Shabrah : ”Sempurnakan wudhu’ dan sela-selailah jari jemari serta hiruplah air dengan kuat (istinsyaq) kecuali apabila engkau sedang berpuasa.” (Shahih, HR ahlus sunan).
8. Menggunakan siwak kapan saja, dan yang semisal dengan siwak adalah sikat gigi dan pasta gigi, dengan syarat selama tidak masuk ke dalam perut.
9. Mencicipi makanan dengan syarat selama tidak ada sedikitpun yang masuk ke dalam perut.
10.Bercelak dan meneteskan obat mata ke dalam mata atau telinga walaupun ia merasakan rasanya di tenggorokan.
11.Suntikan (injeksi) selain injeksi nutrisi dalam berbagai jenisknya. Karena sesungguhnya, sekiranya injeksi tersebut sampai ke lambung, namun sampainya tidak melalui jalur (pencernaan) yang lazim/biasa.
12.Menelan air ludah yang berlendir (dahak), dan segala (benda) yang tidak mungkin menghindar darinya, seperti debu, tepung atau selainnya (partikel-partikel kecil yang terhirup hingga masuk tenggorokan dan sampai perut, pent.).
13.Menggunakan obat-obatan yang tidak masuk ke dalam pencernaan seperti salep, celak mata, atau obat semprot (inhaler) bagi penderita asma.
14.Gigi putus, atau keluarnya darah dari hidung (mimisan), mulut atau tempat lainnya.
15.Mandi pada siang hari untuk menyejukkan diri dari kehausan, kepanasan atau selainnya.
16.menggunakan wewangian di siang hari pada bulan Ramadhan, baik dengan dupa, minyak maupun parfum.
17.Apabila fajar telah terbit sedangkan gelas ada di tangannya, maka janganlah ia meletakkannya melainkan setelah ia menyelesaikan hajat-nya, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam : ”Apabila salah seorang dari kalian telah mendengar adzan dikumandangkan sedangkan gelas masih berada di tangannya, maka janganlah ia meletakkannya sampai ia menyelesaikan hajat-nya tersebut.” (Shahih, HR Abu Dawud).
18.Berbekam, ”karena Nabi Shallallahu ’alaihi waSalam pernah berbekam sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa.” (muttafaq ’alayhi). Adapun hadits yang berbunyi : ”Orang yang membekam dan dibekam batal puasanya” (Shahih, HR Ahmad) maka statusnya mansukh (terhapus) dengan hadits sebelumnya dan dalil-dalil yang lainnya. Ibnu Hazm berkata : ”Hadits ”orang yang membekam dan dibekam batal puasanya” adalah shahih tanpa diragukan lagi, akan tetapi kami mendapatkan di dalam hadits Abu Sa’id : ”Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam memberikan keringanan berbekam bagi orang yang berpuasa” dan sanad hadits ini shahih sehingga wajib menerimanya. Oleh sebab keringanan (rukhshah) itu terjadi setelah ’azimah (ketetapan), maka (hal ini) menunjukkan atas dinaskh (dihapusnya) hadits yang menjelaskan batalnya puasa karena bekam, baik itu orang yang membekam maupun yang dibekam.” (Lihat Fathul Bari 4:178).

Puasa Sunnah Dan Keutamaannya

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam menganjurkan untuk berpuasa pada hari-hari berikut ini :
1. Puasa enam hari pada bulan Syawwal. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : ”Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, sepadan (pahalanya) dengan puasa dahr (selamanya).” (HR Muslim dan selainnya), Dan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam : ”Puasa bulan Ramadhan itu sepadan dengan berpuasa selama sepuluh bulan, dan puasa enam hari setelah Ramadhan sepadan dengan berpuasa selama dua bulan. Maka yang demikian inilah sama dengan puasa setahun penuh.” (Shahih, HR Ahmad). Sekiranya puasa ini diulangi terus setiap tahun, seperti berpuasa Dahr.”
2. Puasa hari ’Arofah bagi selain orang yang berhaji. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : ”Puasa pada hari ’Arofah, aku mengharap kepada Alloh supaya menghapuskan dosa-dosa setahun sebelum dan setelahnya.” (HR Muslim).
3. Puasa hari ’Asyura` (10 Muharram) dan sehari sebelumnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : ”Puasa hari ’Asyura` aku mengharap kepada Alloh supaya menghapuskan dosa-dosa setahun sebelumnya.” (HR Muslim) Dan sabda beliau : ”Jika aku masih hidup hingga tahun depan, niscaya aku akan berpuasa pada tanggal sembilan (Muharram).” (HR Muslim).
4. ”Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam lebih banyak berpuasa pada bulan Sya’ban” (muttafaq ’alayhi)
5. ”Seutama-utama puasa setelah Ramadhan adalah bulan Alloh Muharram” (HR Muslim).
6. Berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : ”Amal ditampakkan pada hari Senin dan Kamis dan aku menyukai apabila amalku ditampakkan, aku dalam keadaan berpuasa.” (Shahih, HR Nasa`i). Beliau pernah ditanya tentang berpuasa pada hari Senin, lalu beliau menjawab : ”Itu adalah hari aku dilahirkan dan hari diturunkan (wahyu) kepadaku.” (HR Muslim).
7. Berpuasa pada hari-hari putih (ayyamul baidh, tiga hari pertengahan bulan Qomariyah, pent.), sebagaimana ucapan salah seorang Sahabat radhiyallahu ’anhu : ”Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam memerintahkan kami untuk berpuasa setiap bulannya pada tanggal 13,14 dan 15.” (Hasan, HR Nasa`i dan selainnya).
8. Berpuasa sehari dan berbuka sehari. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : ”Puasa yang paling dicintai Alloh adalah puasa Dawud dan sholat yang paling Alloh cintai adalah sholatnya Dawud. Beliau tidur pada pertengahan malam kemudian bangun pada sepertiganya dan tidur kembali pada seperenam malam. Beliau berbuka sehari dan berpuasa sehari.” (muttafaq ’alayhi).

Peringatan Penting

1. Janganlah seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada di sisinya melainkan dengan izinnya. Apabila ia berpuasa sunnah dan suaminya memerintahkannya untuk berbuka maka ia harus berbuka kecuali puasa yang wajib. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : ”Janganlah seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya berada di sisinya melainkan dengan izinnya kecuali Ramadhan” (muttafaq ’alayhi).
2. Seorang yang berpuasa sunnah berkuasa atas dirinya, apabila ia berkehendak ia boleh berpuasa dan apabila ia berkehendak ia boleh berbuka. Tidak wajib baginya berniat sebelum berpuasa, kecuali puasa yang wajib. Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha beliau berkata, pada suatu hari Rasulullah mendatangiku dan berkata : ”Apakah kamu punya sesuatu (yang bisa dimakan)?” Saya menjawab : ”Tidak ada”. Beliau lantas berkata : ”Kalau begitu aku sekarang berpuasa.” Kemudian pada kesempatan yang lain beliau mendatangiku lagi, lalu aku mengatakan kepada beliau : ”Wahai Rasulullah, kita diberi hadiah haysun. Beliau mengatakan : ”Bawalah kemari. Aku tadi pagi sebenarnya berpuasa.” lalu beliau memakannya.” (HR Muslim). [Haysun adalah kurma yang dicampur minyak dan susu lalu dilumatkan/ditumbuk.]

Sholat Malam (Qiyam) Ramadhan

1. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : ”Barangsiapa yang melakukan sholat malam pada bulan Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosanya yang telah lalu.”
2. Seorang lelaki dari Bani Qodho’ah datang kepada Rasulullah lalu berkata : ”Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali Allah dan engkau adalah utusan Alloh, aku menunaikan sholat lima waktu, berpuasa sebulan penuh dan menegakkan sholat malam di bulan Ramadhan serta menunaikan zakat!” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam menjawab : ”Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan demikian, maka ia termasuk golongan shiddiqin dan syuhada’.” (Shahih HR Ibnu Khuzaimah).
3. ”Adalah Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam melaksanakan sholat malam sebanyak tiga belas rakaat : di dalamnya sholat witr dan dua rakaat sholat fajar.” (HR Bukhari).
4. ”Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam tidak pernah menambah baik di bulan Ramadhan maupun selainnya sholat malam lebih dari 11 rakaat. Beliau sholat 4 rakaat dan janganlah menanyakan bagaimana bagus dan panjangnya, lalu sholat 4 rakaat dan janganlah menanyakan bagaimana bagus dan panjangnya, lalu beliau sholat 3 rakaat.” (muttafaq ’alaihi). [Boleh sholat tarawih pada awal malam namun yang utama adalah pada akhir malam.]

Lailatul Qodar dan Keutamaannya

1. Alloh Ta’ala berfirman : ”Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada Lailatul Qodar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS Al-Qodar 1-5).
2. Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam apabila telah memasuki sepuluh (hari terakhir Ramadhan), beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya. (muttafaq ’alayhi). [Mengencangkan ikat pinggangnya yaitu bersungguh-sungguh di dalam ibadah dan menjauhi dari berkumpul (jima’) dengan isteri-isteri beliau].
3. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : ”Barangsiapa yang menegakkan sholat pada malam Laylatul Qodar dengan keimanan dan penuh pengharapan, akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (muttafaq ’alaihi) Dan sabda beliau : ”Carilah malam laylatul qodar pada malammalam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan” (HR Bukhari).
4. Dari ’Aisyah beliau berkata : ” Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda apabila aku mengetahui kapan terjadinya malam laylatul qodar, apa yang seharusnya aku ucapankan di dalamnya?” Beliau menjawab : ”Ucapkanlah :”Ya Alloh, Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Mengampuni, maka ampunilah aku.” (Shahih, HR Turmudzi).

I’tikaf

1. Makna I’tikaf secara syariat adalah : mendiami Masjid dan menetap di dalamnya dengan niat bertaqorrub kepada Alloh Ta’ala.
2. Disyariatkannya : Para ulama bersepakat akan pensyariatannya. ”Karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam dulu pernah beri’tikaf pada sepuluh akhir bulan Ramadhan sampai Alloh Azza wa Jalla mewafatkan beliau. Kemudian isteri-isteri beliau beri’tikaf setelah wafatnya beliau.”
3. Macam-macam i’tikaf :
a. I’tikaf yang wajib : yaitu apabila seseorang mewajibkan atas dirinya untuk melakukannya dengan sebab nadzar.
b. I’tikaf yang sunnah : yaitu apabila seorang muslim melaksanakannya dengan maksud mendekatkan diri kepada Alloh dan meneladani Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam. Ditekankan pelaksanannya pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan.
4. Waktu i’tikaf : ”Adalah Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam apabila bermaksud untuk melaksanakan i’tikaf, beliau sholat fajar lalu memasuki tempat i’tikaf beliau.” (muttafaq ’alaihi) [Yaitu pada pagi hari kesepuluh bulan Ramadhan]. ”Nabi pernah beri’tikaf pada sepuluh hari dibulan Syawwal.” (muttafaq ’alayhi).
5. Syarat mu’takif (orang yang beri’tikaf) : Dia haruslah seorang yang mumayyiz (berakal sehat dan baligh) dan suci dari janabat, haidh dan nifas.
6. Rukun I’tikaf : Menetap di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Alloh Ta’ala.
7. Yang dibolehkan bagi orang yang beri’tikaf :
a. Keluar dari tempat i’tikaf-nya untuk mengantarkan keluarganya.
b. Menyisir rambut, mencukur rambut, menggunting kuku, membersihkan badan (mandi), berparfum dan menggunakan pakaian yang bagus.
c. Keluar dari masjid untuk menunaikan hajat yang mendesak, seperti buang air besar dan kecil, makan dan minum apabila tidak ada yang mengantarkan makanannya.
d. Bagi seorang yang beri’tikaf, ia haruslah makan, minum dan tidur di Masjid dengan tetap harus menjaga kebersihannya.
8. Etika di dalam I’tikaf : Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha beliau berkata : ”Tuntunan di dalam i’tikaf yaitu tidak keluar kecuali untuk menunaikan hajat yang mendesak, tidak mengunjungi orang sakit, tidak menyentuh dan berkumpul (jima’) dengan isterinya, dan tidak ada i’tikaf kecuali di Masjid Jama’ah. Juga merupakan tuntunan adalah bagi orang yang beri’tikaf tetap harus berpuasa.” (Shahih, HR al-Baihaqi).
9. Yang membatalkan i’tikaf : Jima’, keluar dari masjid tanpa ada keperluan secara sengaja, hilangnya ingatan karena gila atau mabuk, dan mengalami haidh dan nifas.
10.Yang disunnahkah bagi mu’takif : Memperbanyak ibadah-ibadah nafilah seperti sholat, membaca Al-Qur`an, berdzikir dan membaca buku-buku agama.
11.Yang dibenci bagi mu’takif : Menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat baik berupa perkataan maupun perbuatan, dan menahan diri dari berbicara dengan anggapan hal ini sebagai pendekatan diri kepada Alloh. [Lihat Fiqhus Sunnah].

Zakat Fithri

1. Hukumnya : Wajib atas tiap individu kaum muslimin, baik anak-anak mapun dewasa, laki-laki atau wanita dan merdeka ataupun budak.
2. Atas siapa diwajibkannya : atas muslim yang merdeka, memiliki (makanan) dalam takaran satu sha’ (gantang) yang lebih dari makanan pokoknya dan makanan untuk keluarganya selama sehari semalam, maka wajib atasnya mengeluarkan zakat untuk dirinya dan orang yang ia tanggung nafkahnya, seperti isterinya, anak-anaknya dan siapa saja yang berada dalam pertanggungannya, dan dianggap hal ini sebagai infak terhadap mereka.
3. Takarannya : Satu sha’ (gantang) kurma, tepung, gandum atau yang semisalnya yang dianggap sebagai makanan pokok dan dikeluarkan menurut makanan pokok mayoritas di negeri tersebut, baik berupa beras, jagung atau selainnya. [Takarannya kurang lebih sebesar 2,5 kg]. Dari Ibnu ’Umar radhiyallahu ’anhuma beliau berkata : ”Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam mewajibkan zakat fithri pada bulan Ramadhan sebanyak satu sha’ kurma atau gandum, atas seorang hamba sahaya ataupun yang merdeka, pria maupun wanita, anakanak maupun dewasa, dari kaum muslimin.” (muttafaq ’alayhi)
4. Hikmah disyariatkannya :
a. Sebagai pensuci bagi orang yang berpuasa yang jatuh ke dalam perbuatan laghwun dan rafats. [Laghwun adalah ucapan atau perbuatan yang tidak ada faidahnya (sia-sia) sedangkan Rafats adalah ucapan yang keji].
b. Sebagai bantuan kepada kaum fakir miskin dan kaum papa serta mencukupi mereka dari meminta-minta pada hari ied.
5. Penyalurannya : Zakat fithri disalurkan kepada kaum miskin, sebagaimana dalam sebuah hadits dimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : ”Zakat Fithri itu mensucikan seorang yang berpuasa dari laghwun dan rofats serta sebagai makanan kaum miskin.” [shahih] Adapun orang miskin telah datang penjelasan artinya di dalam sabda Nabi Shallallahu 'alaih wa Salam : ”Yang tidak memiliki sesuatu yang dapat mencukupi kebutuhannya dan tidak pula memadai, maka dia disedekahi dan tidak meminta kepada manusia sedikitpun.” (muttafaq ’alaihi)
6. Waktu dikeluarkannya : Wajib mengeluarkannya sebelum pelaksanaan sholat ’ied, dan boleh mengeluarkannya sehari atau dua hari sebelum ied. Dari Ibnu ’Abbas radhiyallahu ’anhuma beliau berkata : ”Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam mewajibkan zakat fithri sebagai pensuci bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan kotor dan sebagai makanan orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum sholat (ied) maka ia adalah zakat yang diterima, dan barangsiapa yang menunaikannya setelah sholat (ied) maka ia termasuk sedekah dari jenis-jenis sedekah lainnya (bukan termasuk zakat fithri, pent.).” (Hasan, HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan selainnya).

Sholat Dua ’Ied di Musholla

1. Mandi dan berparfum serta berpakaian dengan pakaian terbagus. Ajaklah keluarga dan anak-anakmu bersegera ke musholla (lapangan tempat pelaksanaan sholat ied, pent.) pagi-pagi lalu kembalilah dari jalan yang lain.
2. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam memerintahkan kami agar kami mengajak keluar untuk melaksanakan sholat iedul fithri dan adhha para hamba sahaya, wanita haidh dan gadis-gadis pingitan. Adapun wanita haidh mereka (diperintahkan untuk) menjauhi tempat sholat dan menyaksikan kebaikan serta dakwah kaum muslimin. Saya berkata : ”Wahai Rasulullah, ada diantara kami yang tidak memiliki jilbab?” Rasulullah menjawab : ”Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya memakaikannya.” (muttafaq ’alayhi)
3. Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam tidak berangkat sholat pada hari iedul fithri sampai beliau makan beberapa buah kurma yang jumlahnya ganjil.” [ganjil mencakup bilangan 1,3,5,7,9]
4. Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam keluar untuk menunaikan sholat iedul fithri dan adhha ke lapangan, dan hal pertama yang beliau lakukan adalah sholat. (HR al-Bukhari).
5. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : ”Takbir ketika ’iedul fithri adalah tujuh kali di rakaat pertama dan lima kali di rakaat kedua, dan membaca (Al-Fatihah) setelahnya pada setiap rakaat.” (Hasan, HR Abu Dawud)

Faidah Hadits

Faidah hadits yang dapat dipetik dari haditshadits di atas adalah :
1. Sholat dua ’ied hukumnya wajib, yaitu berjumlah dua rakaat, dimana seorang yang sholat bertakbir tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua, kemudian membaca Al-Fatihah dan surat lainnya yang mudah.
2. Sholat ied itu dilaksanakan di musholla (tanah lapang) yaitu tempat yang dekat dengan kota namun di luar bangunan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam keluar ke tempat ini untuk menunaikan sholat dua ied dan beliau disertai oleh anak-anak kecil, kaum wanita, para remaja bahkan kaum wanita yang mengalami haidh. Al-Hafizh berkata di dalam al-Fath : “Di dalamnya beliau keluar untuk menunaikan sholat di musholla dan tidak boleh dilaksanakan di Masjid kecuali apabila dalam keadaan darurat,” [Seperti hujan atau dingin]
3. Ditekankan bertakbir semenjak malam iedul fithri dan berakhir sampai selesainya sholat ied. Alloh Ta’ala berfirman : ”Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian bertakbir mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian”

Bid’ah-Bid’ah Dalam Perayaan Ied

1. Ziarah kubur. Telah berlangsung kebiasaan mengunjungi makam-makam pada saat perayaan ied, dan tidak ada dalil yang menunjukkan pengkhususannya dilakukan pada saat ied.
2. Ikhtilath (bercampur baur antara laki-laki dan wanita). Kaum lelaki dan wanita bercampur baur di makam-makam dan di perayaan ied. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : ”Tidak aku tinggalkan sebuah fitnah sepeninggalku nanti yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki selain fitnah wanita.” (muttafaq 'alayhi)
3. Membaca Al-Qur`an di area makam. Telah datang larangan membaca Al-Qur`an dalam sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam : “Janganlah kalian menjadikan rumahrumah kalian itu seperti kuburan. Sesungguhnya rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al-Baqoroh akan menyebabkan syaithan lari darinya.” (HR Muslim). Dan ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam berada di makam salah seorang sahabat beliau setelah dikuburkan, beliau bersabda kepada para sahabatnya : ”Mohonkanlah ampun untuk saudaramu ini dan mintalah kemantapan atasnya, karena dirinya sekarang sedang ditanya (oleh malaikat).” (Shahih, HR Hakim). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam mengajarkan para sahabatnya bahwa apabila hendak masuk area pemakaman hendaklah mengucapkan : ”Salam kesejahteraan atas kalian wahai para penghuni makam dari kaum mukminin dan muslimin, dan sesungguhnya kami insya Alloh akan menyusul kalian. Saya memohon kepada Alloh bagi kami dan kalian keselamatan.” [yaitu dari siksa]. (HR Muslim).

Tiada ulasan: