Rabu, 5 Mei 2010

ISLAM ADALAH AGAMA FITRAH




Islam, tak diragukan lagi, adalah din fitrah, yakni din yang cocok dan sesuai dengan potensi dasar manusia, Konstitusinya dapat diterima akal sehat, hidayahnya menyinari hati, sendi keimanannya adalah kedalaman pengkajian.



Inilah agama yang toleran, fleksibel dan cocok untuk segala masa, situasi dan kondisi. Syariatnya mampu mengatur masyarakat. Persamaan dan penghormatannya terhadap hak asasi yang terkandung dalam ajarannya, mempersatukan manusia, mengayomi serta melindungi setiap jiwa manusia, sehingga tenteram menuju kehidupan berikutnya yang penuh kenikmatan sesuai amal baik yang dilakukannya. Semuanya itulah yang menjadikan Islam dekat dan lekat dengan tabiat atau fitrah manusia, sehingga manusia merasa rela menjadikannya sebagai din, cahaya yang dijadikan penerang kehidupannya, serta tirai pelindung dan pemberi ketentraman jiwa, bila keraguan melanda.



Islam adalah aqidah yang meliputi kepercayaan terhadap Keesaan Yang Maha Pencipta, dan iman kepada risalah Nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia. Itulah risalah yang telah mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju alam yang terang benderang “Minajjulumati ilanur” dari kesesatan kepada petunjuk, dan dari kekacauan menuju kehidupan yang teratur dan tertib.



Nilai lebih yang dimiliki Islam dari din lain ialah, sekali jiwa seseorang meridhoi, mengimani segala ajarannya, serta merasakan ketentramannya, pastilah tidak mau menggantikannya denga ajaran ataupun din yang lain, kecuali dalam bilangan yang tidak perlu diperhitungkan.



Perancis menjajah Aljajair selama 130 tahun,selama kurun waktu itu, misi Kristen terus melancarkan gerakannya, berusaha mengkristenkan rakyatnya diseluruh pelosok wilayah yang dijajahnya, namun, mereka tidak dapat mengkristenkan kecuali hanya satu dua orang muslim saja, itupun dengan harga yang sangat mahal. Hal ini membuktikan, seorang muslim bagaimanapun kondisi dan situasi yang dihadapinya, tak hendak keluar dari agamanya. Sebaliknya setiap hari puluhan orang keluar dari agamanya, kemudian memeluk Islam dengan kerelaan. Hal ini menunjukkan pula bahwa Islam benar-benar agama yang serasi denga fitrah manusia.

Banyak umat yang telah dibangun kebudayaannya oleh Islam. Bahkan dapat kita buktikan, tidak ada satu bangsa yang memeluk Islam kecuali meningkat taraf kehidupannya, fakta yang amat jelas. Jazirah Arab sendiri misalnya, Ketika penduduknya memeluk Islam, kemudian sesuai dengan perintah dinnya, mereka melakukan amar ma’ruf nahi munkar, maka segera saja mereka menjadi pengibar bendera ilmu pengetahuan kesegenap penjuru dunia. Bangsa Arab memperoleh kemenangan besar secara beruntun disegala bidang, dan itu adalah kemenangan yang belum pernah mereka peroleh sebelum memeluk Islam.

Islam telah menuntun mereka kearah kemajuan, merapikan barisan, memberikan mereka kekuatan, kemenangan serta kepemimpinan. Wilayah demi wilayah masuk dalam lingkungan kepemimpinan Islam, dan tak satupun dari bangsa yang ada didunia ini yang memeluk Islam kecuali meningkat wawasan berpikirnya, hilang kebodohan rakyatnya, menjadikan akal pikiran mereka cemerlang, penuh dengan cahaya ilmu dan pengetahuan.



Di Indonesia sendiri kemerdekaan bisa diraih karena perjuangan para pemeluk Agama Islam, bahkan kalau kita mau jujur, penetapan hari angkatan bersenjata yang jatuh tanggal 5 Oktober, itupun sesungguhnya berawal dari perjuangan para santri serta Ulama yang berjuang menentang agresi belanda di Ambarawa, kita lihat hampir seluruh para pahlawan yang namanya masih tetap dikenang sampai saat kini adalah para pemeluk Agama Islam yang taat, sebut saja Pattimura di Ambon, Sultan Hassanuddin dari Makassar, Pangeran Diponegoro dari tanah Jawa, Cut Nyak Dien dari Aceh, serta masih banyak lagi.



Demikianlah, berbahagia dan berbanggalah kita yang telah terpilih menjadi orang2 yang rela dan Ikhlas menjadi penganut agama Islam, Satu-satunya agama yang diridhoi Allah Subhanahu wa ta’ala.



Subhanakallahuma wabihamdika, Asyhadu ala ilahaila anta astagfiruka wa atubuilaika

Dengan Islam, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengakhiri serta menyempurnakan agama-agama lain untuk para hambaNya. Dengan Islam pula, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyempurnakan kenikmatanNya dan meridhai Islam sebagai agama. Agama Islam adalah agama yang benar dan satu-satunya agama yang diterima Allah, kepercayaan selain Islam tidak akan diterima Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” [Ali ‘Imran: 85]

Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan kepada seluruh manusia untuk memeluk agama Islam karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk seluruh manusia, sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla :

“Artinya : Katakanlah: ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada yang berhak disembah selain Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada Kalimat-KalimatNya (Kitab-Kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk” [Al-A’raaf: 158]

Hal ini juga sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Demi yang diri Muhammad ada di tangan Allah, tidaklah mendengar seorang dari ummat Yahudi dan Nasrani yang mendengar diutusnya Muhammad, kemudian dia mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang diutus dengannya (Islam), niscaya dia termasuk penghuni Neraka.”[1]

Mengimani Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, artinya membenarkan dengan penuh penerimaan dan kepatuhan pada seluruh apa yang dibawanya bukan hanya membenarkan semata. Oleh karena itulah Abu Thalib (paman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) termasuk kafir, yaitu orang yang tidak beriman kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam meskipun dia membenarkan apa yang dibawa oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dia membenarkan pula bahwa Islam adalah agama yang terbaik.

Agama Islam mencakup seluruh kemaslahatan yang terkandung di dalam agama-agama terdahulu. Islam memiliki keistimewaan, yaitu cocok dan sesuai untuk setiap masa, tempat dan kondisi ummat.

“Artinya : Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain...”[Al-Maa-idah: 48]

Islam dikatakan cocok dan sesuai di setiap masa, tempat dan kondisi ummat maksudnya adalah berpegang teguh kepada Islam tidak akan menghilangkan kemaslahatan ummat bahkan, dengan Islam ini ummat akan menjadi baik, sejahtera, aman dan sentausa. Tetapi harus diingat bahwa Islam tidak tunduk terhadap masa, tempat dan kondisi ummat sebagaimana yang dikehendaki oleh sebagian orang. Apabila ummat manusia menginginkan keselamatan di dunia dan di akhirat, maka mereka harus masuk Islam dan tunduk dalam melaksanakan syari’at Islam.

Agama Islam adalah agama yang benar, Allah menjanjikan kemenangan kepada orang yang berpegang teguh kepada agama ini dengan baik, namun dengan syarat mereka harus mentauhidkan Allah, menjauhkan segala perbuatan syirik, menuntut ilmu syar’i dan mengamalkan amal yang shalih.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyu-kainya.” [At-Taubah: 33]

“Artinya : Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik.” [An-Nuur: 55]

Islam adalah agama yang sempurna dalam ‘aqidah dan syari’at. Bentuk kesempurnaannya di antaranya adalah

[1]. Memerintahkan bertauhid dan melarang syirik.
[2]. Memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang bersikap bohong.
[3]. Memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang bersikap zhalim.
[4]. Memerintahkan untuk bersikap amanah dan melarang ingkar janji.
[5]. Memerintahkan untuk menepati janji dan melarang bersikap khianat.
[6]. Memerintahkan untuk berbakti kepada ibu-bapak serta me-larang mendurhakainya.

Dan yang lainnya.

Secara umum Islam memerintahkan agar berakhlak yang mulia, bermoral baik dan melarang bermoral buruk. Islam juga memerintahkan setiap perbuatan baik, dan melarang perbuatan yang buruk

Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” [ An-Nahl: 90]

Islam didirikan atas lima dasar, sebagaimana yang tersebut dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

“Artinya : Islam dibangun atas lima hal, (yaitu); (1) bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah dengan benar melainkan hanya Allah, (2) dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, (3) menegakkan shalat, (4) membayar zakat, (5) berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah."[2]

Rukun Islam ini wajib diimani, diyakini dan wajib diamalkan oleh setiap muslim dan muslimah.

Pertama: Kesaksian tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Azza wa Jalla dan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba serta RasulNya merupakan keyakinan yang mantap, yang diekspresikan dengan lisan. Dengan kemantapannya itu, seakan-akan ia dapat menyaksikanNya.

Syahadah (kesaksian) merupakan satu rukun padahal yang disaksikan itu ada dua hal, ini dikarenakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah penyampai risalah dari Allah Azza wa Jalla. Jadi, kesaksian bahwa Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan Allah Azza wa Jalla merupakan kesempurnaan kesaksian Laa ilaha illa Allah, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah.

Syahadatain (dua kesaksian) tersebut merupakan dasar sah dan diterimanya semua amal. Amal akan sah dan diterima bila dilakukan dengan keikhlasan hanya karena Allah Azza wa Jalla dan mutaba’ah (mengikuti) Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ikhlas karena Allah Azza wa Jalla terealisasi pada Syahadat (kesaksian) laa ilaha illallah, tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah. Sedangkan mutaba’ah atau mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam terealisasi pada kesaksian bahwa Muhammad adalah hamba serta Rasul-Nya.

Faedah terbesar dari dua kalimat syahadat tersebut adalah membebaskan hati dan jiwa dari penghambaan terhadap makhluk dengan beribadah hanya kepada Allah saja serta tidak mengikuti melainkan hanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kedua: Mendirikan shalat artinya beribadah kepada Allah dengan mengerjakan shalat wajib lima waktu secara istiqamah serta sempurna, baik waktu maupun caranya. Shalat harus sesuai dengan contoh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

“Artinya : Shalatlah kalian sebagaimana engkau melihatku shalat.” [3]

Salah satu hikmah shalat adalah mendapat kelapangan dada, ketenangan hati, dan menjauhkan diri dari perbuatan keji dan mungkar.[4]

Ketiga: Mengeluarkan zakat artinya, beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla dengan menyerahkan kadar yang wajib dari harta-harta yang harus dikeluarkan zakatnya.[5]

Salah satu hikmah mengeluarkan zakat adalah membersihkan harta, jiwa dan moral yang buruk, yaitu kekikiran serta dapat menutupi kebutuhan Islam dan ummat Islam, menolong orang fakir dan miskin.

Keempat: Puasa Ramadhan artinya, beribadah hanya kepada Allah dengan cara meninggalkan hal-hal yang dapat membatalkan di siang hari di bulan Ramadhan (puasa sebulan penuh).

Salah satu hikmahnya ialah melatih jiwa untuk meninggalkan hal-hal yang disukai karena mencari ridha Allah Azza wa Jalla.

Kelima: Naik Haji ke Baitullah (rumah Allah), artinya beribadah hanya kepada Allah dengan menuju ke al-Baitul Haram (Ka’bah di Makkah al-Mukarramah) untuk mengerjakan syiar atau manasik Haji.[6]

Salah satu hikmahnya adalah melatih jiwa untuk mengerahkan segala kemampuan harta dan jiwa agar tetap taat kepada Allah Azza wa Jalla. Oleh karena itu Haji merupakan salah satu macam jihad fi sabilillah.[7]

Allah Is The Only One God




Who Is Allah?
In Arabic, Allah means literally the one God. It is pretty easy to understand how different languages give the same thing different names. Is it that unusual to hear Muslims call God another name, like "Allah", while you call him God or Lord? Some people have no minds; in the last decade, a growing phenomenon was seen on the internet and in published literature. Allah is said to be the “moon god” that Arabs worshiped, and Kaaba (The Muslims holiest place on Earth) is His temple. The evidence for this theory is the crescent that appears on the top of many mosques all over the world plus a fabricated picture of the "moon god".

This idea is very dangerous. If you believe that Muslims are worshiping an idol, then there is no basis even to talk to them. They are pagan idolaters like Hindus and Buddhists. It is alleged that although Islam is a monotheistic religion, the Muslims' only God is simply another idol that Muhammad (P.B.U.H.) chose (or in some versions of the story, he made it up).

To invalidate this foolish theory, one has to take the story from different angles.

The crescent is not a symbol of Islam, but of the Ottoman Empire. The Ottomans are those tribes that moved to Turkey from east and middle Asia. They converted to Islam and built a huge Muslim Empire that ruled the whole Muslim world for centuries. When they took Islam as a religion they started using the lunar calendar, the calendar that was used by Muslims, Jews and early Christians. Even today, the flag of Turkey has a crescent on it. There was no crescent on any mosque built before the Ottomans era.

Prophet Abraham built the Kaaba for people to worship God. While pagan Arabs admitted this fact and even kept the stone where he used to stand to build the Kaaba (Abraham's station), they brought idols to the Kaaba and worshiped them to get closer to Abraham's Lord, Allah, God of gods. Prophet Muhammad (P.B.U.H.) came with the monotheistic message of Islam. Arabs defended these idols and refused to give up the religion of their fathers and grandfathers. They offered to Muhammad a deal, that is to worship their gods for one year, and they worship Allah alone for one year. A chapter of the Quran came with the response from God to this evil invitation:

[Say : O ye that reject Faith! I worship not that which ye worship, Nor will ye worship that which I worship. And I will not worship that which ye have been wont to worship, Nor will ye worship that which I worship. To you be your Way, and to me mine. ]109:1-6

Later on, the Quran started calling Allah by other names. One of those holy names was Al-Rahman (the Gracious). Arabs wondered:"is this a new God?" The Quran responded again:

[Say: "Call upon Allah, or call upon Rahman: by whatever name ye call upon Him, (it is well): for to Him belong the Most Beautiful Names. ]17:110

It is not a new god; it is a new name for the same God. Allah has ninety nine names in Islam; all of them are holy and speak about different attributes of the same creator, almighty Allah. As an example, read these verses of the Quran:

[Allah is He, than Whom there is no other god; Who knows (all things) both secret and open; He, Most Gracious, Most Merciful.

Allah is He, than Whom there is no other god; the Sovereign, the Holy One, the Source of Peace (and Perfection), the Guardian of Faith, the Preserver of Safety, the Exalted in Might, the Irresistible, the Supreme: Glory to Allah! (High is He) above the partners they attribute to Him.

He is Allah, the Creator, the Evolver, the Bestower of Forms (or Colours). To Him belong the Most Beautiful Names: whatever is in the heavens and on earth, doth declare His Praises and Glory; and He is the Exalted in Might, the Wise.]59:22-24

When Prophet Muhammad (PBUH) came back to Mecca, he entered the city peacefully on the top of an army of 10,000 men, exactly as the Bible described him "pre-eminent above ten thousand." (Solomon 5:10). He did not burn a single home; he did not harm a single person; he just went to the Kaaba and destroyed all the gods Arabs had there. He kept nothing in the Kaaba. Where is this picture of the moon god coming from? I don't know. Did anyone of the pagan Arabs have a digital camera by then?

There is evidence that the word Allah existed before the birth of Muhammad PBUH for thousands of years. It is probably the oldest name man used to call God. Most likely, Adam used the word Allah to call the Lord. On the other hand, the word "GOD" was born with the English language, less than ten centuries ago. Can we say that all English speaking nations are pagans because they use the word "God"? What about Chinese monotheists? How should they call God?

Prophet Muhammad's father’s name was Abdullah (The slave of Allah). This name was common among Arab pagans and Jews. Abdullah bin Salam was one of the first Jews to convert to Islam in Medina. When Arabs call Allah in prayer they say: “Ya Allah” or “Allahoma”. Aren't these words familiar to you? “Alleluia” and “Elohim” are the words used to call Allah in the Bible. In Hebrew, the suffix im means many. So Elohim literally means many Allah(s). This is a known way to express dignity and respect to almighty Allah by calling Him pleural. This phenomenon is known in Hebrew, Arabic, English and other languages. In Quran, the same pattern is seen many times. For example, God says in the holy Quran:

[ We have, without doubt, sent down the Message; and We will assuredly guard it (from corruption). ]15:9.

In the English translation of the Bible, you read, "Let us make man in our image”-Genesis 1:26-KJV.

The word Allah is used in all Arabic translations of the Bible. It was used in some English translations of the Bible like the original "Scofield Reference Bible"-reference: what is his name? by Deedat. In the New Testament, Jesus is believed to cry before his death "ELOI, ELOI, LAMA SABACHTHANI?” Eloi is the exact Arabic word "Elahi" which comes from the same root as Allah.

I have no doubt that the word "Allah" is the oldest known name man called God with. For those who choose to ignore this fact and transgress, Muslims have nothing to offer. Allah says in the holy Quran:

[If any, after this, invent a lie and attribute it to Allah, they are indeed unjust wrong-doers.] 3:94

For Muslims, Allah is perfect. He has no partners. We worship Him and Him alone. Our faith is summarized in the holy Quran:

[Say: He is Allah, the One and Only; Allah, the Eternal, Absolute; He begetteth not, nor is He begotten; And there is none like unto Him.]112:1-4

Maher Zain: Open Your Eye

Open Your Eye